Lagu Lancang Kuning amat dikenal di daerah ini. Siapa penciptanya tidaklah diketahui. Lagu ini diarransir oleh beberapa seniman musik dan telah berulangkali diperdengarkan baik lewat radio, televisi, maupun pertunjukkan lainnya.
Pantun aslinya terdiri dari satu bait. Sedangkan bait-bait lainnya dibuat menurut versi setempat. Pantun asli itu berbunyi :
Lancang Kuning berlayar malam
Haluan menuju ke lautan dalam
Kalau nakhoda kuranglah faham
Alamat kapal akan tenggelam
Pantun ini mengandung pengertian yang dalam. Di dalam pantun inilah sebenarnya terkandung hakekat dari Lancang Kuning itu.
Lancang Kuning sebagai lambang kejayaan, kekuasaan, kebesaran dan kepahlawanan itu kemudian oleh Sang Nakhoda, yakni Pemegang Kekuasaan. Lancang berlayar menuju ke lautan dalam, berlayar di malam hari. Ini melukiskan tujuan yang amat jauh, yang penuh tantangan dan bahaya. Bila Sang Nakhoda kurang paham, bila ia tidak dapat mengemudikan Lancang itu dengan baik, maka akan celakalah semuanya. Lancang itu akan tenggelam. Dan akan tenggelam pulalah seluruh isinya. Akan punahlah kebesaran, kejayaan, keperkasaan dan kepahlawanannya.
Mengapa tidak disebutkan Lancang Kuning berlayar siang atau berlayar sore? Atau berlayar pagi?
Penduduk daeah melayu ini dahulunya mempercayai bahwa malam adalah lambang kegelapan. Malam penuh ancaman, tantangan, mengandung aneka bahaya dan kejahatan. Sehingga bagi masyarakat melayu apabila waktu malam telah tiba, oleh keluarga wajib baginya dan anak cucu nya untuk kembali masuk ke dalam rumah atau pergi ke masjid untuk menunaikan ibadah sholat Maghrib dan selepas itu kembali ke rumah masing-masing. Sampai saat ini tradisi wajib masuk rumah bila waktu petang telah tiba masih dilakukan oleh masyarakat melayu.
Dengan demikian dapatlah ditarik semacam penafsiran bahwa :
Lancang Kuning = Negara
Nahkoda = Penguasa
Malam = Ancaman bahaya
Lautan dalam = Tujuan yang jauh
Jadi jelaslah bahwa nyanyian ini adalah sebagai nasihat yang disampaikan oleh rakyat untuk pemegang kekuasaan. Dan ini akan berkaitan pula dengan peribahasa rakyat yang berbunyi :
Kalau pandai meniti buih
Selamat badan sampai di seberang
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !